Langsung ke konten utama

Postingan

Cobaan Berat Anak IT Bukan Bahasa Pemrograman, Tapi Bahas Cinta

Yuslan Komputer lagi urus codingan Di antara deretan kode Python, debug yang tak kunjung selesai, dan server yang suka ngambek tiba-tiba, ada satu hal yang selalu berhasil membuatku benar-benar crash: urusan cinta . Namaku Yuslan. Di kampus, teman-teman biasa memanggilku Ketum tapi lebih akrab  Yuslan Komputer . Bukan karena aku setengah mesin, tapi karena aku paling bisa diandalkan urusan komputer. Laptop hang? Panggil Yuslan. Butuh web AI langsung jadi? Yuslan siap. Jaringan kampus error? Tunggu apa lagi, panggil Yuslan. Namun, sekuat-kuatnya aku menaklukkan algoritma dan coding, satu hal selalu gagal kutaklukkan: bahasa cinta. Ketika Cinta Butuh Debugging Semester lalu, saya sempat "mau" mendekati dengan salah satu perempuan di cafe samping danau. sebut saja Ayu. Cantik, puitis, dan bisa membuat hatiku ‘runtime error’ hanya dengan senyuman. Tapi sayangnya, aku dan Ayu seperti hidup di dua dunia yang berbeda -  Dia bicara metafora kopi, saya jawab pakai logika,  Di...

Di Balik Senyum Mahasiswa Magister Komunikasi Unhas, Tersimpan Beban Publikasi Scopus

Sejak diberlakukannya regulasi baru dalam pendidikan tinggi, mahasiswa magister tak hanya dituntut untuk menyelesaikan tesis, tetapi juga harus mengonversi hasil riset mereka ke dalam bentuk publikasi internasional. Sebuah capaian prestisius, tentu. Namun bagi banyak mahasiswa, terutama yang belum akrab dengan dunia akademik global, ini menjadi tantangan yang penuh tekanan. "Menulis untuk jurnal Scopus itu seperti berlari maraton tanpa peta," Bukan cuma soal bahasa dan metodologi, tapi juga tekanan untuk harus accepted sebelum yudisium." Kegiatan workshop ini menjadi salah satu ikhtiar kolektif untuk menjembatani harapan dan kenyataan. Para dosen membuka ruang diskusi yang hangat, membimbing satu per satu mahasiswa agar tak tersesat dalam hutan rimba publikasi. Namun waktu terus berjalan, dan deadline semakin dekat. Di balik pose kompak dan senyum semangat dalam foto ini, ada lembur malam demi revisi, ada rasa minder membaca karya akademisi dunia, dan ada perjuangan suny...

Menebak isi Kepala Mahasiswa Yang Nonton Konser Gema Kampus: ‘Terhibur dan Lupa Tugas’

Konser Kebangsaan Gema Kampus Unhas Lapangan Sepak Bola Kampus Unhas Tamalanrea mendadak jadi lautan manusia pada Sabtu malam, 24 Mei 2025. Ribuan mahasiswa memadati area konser Festival Kebangsaan Generasi Emas (Gema) Kampus 2025. Musik mulai berdentum sejak pukul 19.00 hingga 22.00 WITA—malam Minggu yang biasanya diisi nonton drakor atau rebahan, kali ini berubah jadi malam penuh euforia dan semangat kebangsaan. Kolaborasi musik tradisional dan lagu-lagu modern memanjakan telinga penonton, bikin lupa sejenak soal tugas kuliah yang menumpuk. Tapi jangan salah, di balik konser yang meriah ini, ada pesan mendalam tentang cinta Tanah Air. Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc, membuka konser dengan ajakan reflektif: mengheningkan cipta mengenang para pahlawan dan terus menumbuhkan cinta pada Indonesia. "Mari bersama melepaskan diri dari rutinitas, menikmati musik sambil menguatkan cinta pada bangsa," ujar Prof. JJ, disambut tepuk tangan ribuan mahasiswa. Penampi...

Kenapa Tugas Bisa Kelar Meski Ngopi Sendirian di Kafe? Ini Alasannya

  Kerja tugas sambil ngopi Di tengah hiruk-pikuk Kota Makassar yang selalu hidup dari pagi sampai malam, ada satu tempat yang kini jadi pelarian banyak orang saat butuh fokus: kafe . Uniknya, meski banyak orang datang untuk nongkrong, tak sedikit pula yang memilih duduk sendirian. Dan percaya atau tidak, di sinilah tugas-tugas justru cepat selesai. 1. Ngopi Sendirian? Bukan Masalah, Justru Solusi Di Makassar, budaya ngopi itu sudah kayak bagian dari identitas kota. Dari warung kopi di pinggir jalan sampai kafe kekinian di Panakkukang atau Losari, semua ramai. Tapi, beda cerita kalau kamu datang sendiri. Banyak yang merasa aneh atau bahkan dikasih pandangan “ngapain sendirian?”, padahal justru di situlah letak ketenangannya. 2. Ajak Teman? Bikin Distraksi Pernah tidak, niatnya mau produktif, eh, ajak teman ngopi malah jadi sesi curhat panjang atau debat politik? Apalagi kalau harus tunggu mereka siap dulu, bisa-bisa tugas udah lewat deadline. Di titik ini, saya sadar: produkti...

Antara Motret dan Privasi: Jadi Fotografer Lari di CFD, Bolehkah Asal Jepret?

Ilustrasi aktivitas lari di GBK Buat kamu yang hobi motret dan bisa bangun pagi, jadi fotografer lari di acara Car Free Day (CFD) bisa jadi peluang cuan. tidak cuma soal foto-foto estetik pelari yang bisa dijual, tapi juga tentang interaksi yang unik antara kamera dan komunitas. Tapi di balik peluang ini, ada hal penting yang kadang luput dibahas: soal etika dan privasi pelari. Beberapa tahun terakhir, tren fotografer lari makin ramai, terutama di Jakarta atau Makassar. Spot seperti GBK dan sepanjang jalur CFD jadi “lapak” rutin para fotografer dadakan maupun profesional. Cukup bermodal kamera dan semangat bangun pagi, kamu sudah bisa mulai. Harga foto? Bisa tembus Rp30 ribu-Rp100 ribu per jepretan kalau hasilnya bagus. Cuan segelas kopi kekinian pun bisa langsung masuk dompet hanya dari satu klik shutter. Kini, dengan adanya aplikasi seperti Fotoyu , semuanya jadi makin mudah. Fotografer cukup unggah foto ke platform, sementara pelari tinggal scan wajah dan cari foto mereka sendiri....

Fenomena Melanjutkan Kuliah S2 sebagai Jalan Alternatif

Ilustrasi kelas S2 Saat ini, menempuh pendidikan magister sering dipandang sebagai “jalan keluar” oleh banyak orang, terutama bagi para fresh graduate yang masih bingung ingin bekerja di bidang apa, merasa belum puas dengan ilmu yang dimiliki, atau merasa salah jurusan saat kuliah S1. Selama ada dana dan dukungan dari orang tua, melanjutkan ke jenjang S2 menjadi pilihan yang dianggap “elegan” daripada menganggur. Biasanya, orang memilih program S2 yang masih sejalur dengan S1. Contohnya, lulusan Pendidikan Biologi kemungkinan besar akan mengambil S2 di bidang pendidikan atau biologi. Ini karena dalam dunia akademik, jenjang S2 memang dirancang untuk memperdalam dan memfokuskan pemahaman terhadap satu bidang ilmu tertentu, mirip dengan peralihan dari dokter umum ke dokter spesialis. Namun, kini banyak juga yang memilih jalur berbeda, bahkan bertolak belakang, dari jurusan S1-nya. Misalnya, Dokter Tirta yang lulusan kedokteran justru melanjutkan S2 di bidang manajemen. Atau seorang dos...

Pengangguran di Sulsel Tembus 238 Ribu, Pencaker Frustrasi karena 'Orang Dalam'

Jumlah pengangguran di Sulawesi Selatan (Sulsel) terus meningkat dan membuat banyak pencari kerja frustrasi.  Selain sulit mendapat pekerjaan, proses rekrutmen kerja dianggap tidak adil menambah tekanan mental bagi mereka. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, per Februari 2025, angka pengangguran di Sulsel mencapai 238.800 orang.    Jumlah ini naik 3,97 persen atau bertambah 8.123 orang dibanding Februari 2024. Pencari kerja asal Pinrang, Rahmat (25) mengaku sudah melamar ke banyak perusahaan, tetapi belum mendapatkan hasil. "Saya sudah melamar ke berbagai perusahaan, tapi belum ada panggilan. Kami butuh dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan keterampilan," ujarnya. Ia mengaku frustrasi dengan sistem rekrutmen tidak transparan. Menurutnya, kemampuan saja tidak cukup karena banyak perusahaan sudah menetapkan kandidat sebelum proses seleksi dibuka secara umum. “Bukan cuma soal kualifikasi, tapi sekarang cari kerja juga harus...