Langsung ke konten utama

Jalan Berlumpur, Bahaya Mengintai: Proyek Galian C di Pasangkayu Diduga Jadi Pemicu Kecelakaan



Pasangkayu – Sebuah proyek galian C yang terletak di Jalan Ahmad Yani, lingkungan Tanjung Babia, Kelurahan Pasangkayu, menjadi sorotan warga dalam beberapa bulan terakhir. Bukan karena progres pengerjaannya yang menarik perhatian, melainkan karena dampak berbahaya yang ditimbulkannya bagi keselamatan pengguna jalan (26 Juni 2025).

Sejak proyek ini berjalan empat bulan lalu, jalanan di sekitar lokasi galian berubah menjadi jalan berlumpur dan licin. Setiap harinya, kendaraan proyek lalu lalang membawa material, meninggalkan jejak lumpur yang menyebar hingga ke badan jalan. Hujan yang turun justru memperparah keadaan. Lumpur menjadi semakin tebal, dan kondisi jalan semakin sulit dilalui, baik oleh pengendara roda dua maupun roda empat.

"Sudah beberapa kali saya hampir jatuh. Kalau motor selip, tidak ada ampun," ungkap Asri, warga sekitar yang setiap hari melintas di jalur tersebut. Ia mengaku harus ekstra hati-hati, bahkan terkadang lebih memilih memutar jalan meski harus menempuh jarak lebih jauh.

Warga Mulai Resah, Pengawasan Dipertanyakan

Bagi warga Pasangkayu, kondisi ini bukan lagi soal kenyamanan, tapi soal keselamatan. Beberapa kecelakaan ringan sudah terjadi, mulai dari pengendara yang terpeleset hingga kendaraan yang tergelincir saat mencoba menghindari genangan lumpur. Aduan masyarakat pun mulai bermunculan, namun hingga kini, belum tampak adanya upaya konkret dari pihak pelaksana proyek untuk menanggulangi dampak tersebut.

Lebih disayangkan lagi, proyek ini berjalan tanpa papan informasi yang memadai. Dalam aturan, setiap proyek konstruksi, apalagi proyek yang diduga menggunakan dana pemerintah, wajib menampilkan papan proyek yang berisi informasi jenis pekerjaan, anggaran, serta pihak pelaksana dan pengawas proyek. Namun di lokasi galian, papan proyek tak kunjung terlihat.

“Tidak ada papan proyek. Tidak ada yang tahu siapa kontraktornya. Kalau pun ini proyek pemerintah, harusnya ada keterbukaan,” tegas Saiman, direktur Law Office AIM & Partners, seorang advokat muda yang aktif memantau isu-isu publik di Pasangkayu.

Advokat Muda Bersuara: Transparansi dan Keselamatan Harus Diutamakan

Dalam diskusi bersama media, Saiman mengkritik keras ketidakjelasan proyek ini. Ia menilai, proyek galian yang berdampak langsung pada keselamatan warga seharusnya berada di bawah pengawasan ketat, dan seluruh aktivitasnya harus transparan.

"Kalau benar ini proyek pemerintah daerah, kenapa tidak ada informasi yang terbuka? Ini melanggar prinsip dasar keterbukaan informasi publik," ujarnya.

Lebih dari sekadar soal administratif, Saiman menegaskan bahwa keselamatan warga jauh lebih penting. Ia mendesak pihak pelaksana untuk segera memperbaiki kondisi jalan dan melakukan normalisasi agar lumpur tidak lagi mengancam pengguna jalan.

“Jangan tunggu ada korban jiwa. Ini sudah cukup membahayakan,” kata Saiman.

Jalan Rusak, Tanggung Jawab Siapa?

Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari pihak pelaksana proyek maupun pemerintah daerah setempat. Kondisi jalan berlumpur masih dibiarkan, seolah menunggu kecelakaan berikutnya. Bagi warga sekitar, menunggu bukanlah pilihan. Mereka berharap ada tindakan cepat agar jalan kembali aman dilalui.

Kisah ini menjadi cermin kecil dari banyaknya proyek di daerah yang minim pengawasan dan seringkali abai pada dampak lingkungan serta keselamatan masyarakat. Jalan berlumpur ini mungkin terlihat sederhana, tapi bagi warga Pasangkayu, ini adalah jalur kehidupan mereka setiap hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jam Terbang Tinggi, Jam Tidur Minim: Tantangan Pekerja Bandara yang Lanjut Studi

Resta di Tower ATC Raga di Kampus, Jiwa di Tower —  Kisah Resta Arga Santosa Makassar - Bagi sebagian orang, kuliah pascasarjana adalah fase naik kelas dalam karier. Tapi bagi Resta Arga Santosa , kuliah S2 justru terasa seperti menerbangkan dua pesawat sekaligus. satu bernama pekerjaan, satu lagi bernama pendidikan. Keduanya butuh konsentrasi penuh, namun waktu hanya 24 jam. Resta bukan mahasiswa biasa. Ia adalah petugas Air Traffic Controller (ATC) di bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, salah satu profesi paling menegangkan di dunia penerbangan. Setiap hari, ia bertugas di menara pengawas (tower), memastikan puluhan pesawat bisa lepas landas dan mendarat dengan selamat. Jadwalnya tidak pasti, shift bergantian, dan kesalahan sekecil apa pun bisa berdampak besar. Namun, di tengah pekerjaan yang penuh tekanan itu, Resta mengambil keputusan besar: melanjutkan studi S2 Ilmu Komunikasi di Universitas Hasanuddin . Bukan untuk gaya-gayaan. Ia ingin memperluas wawasan, memperdalam ca...

Sulitnya Cari Outfit dan Pose Itu-Itu Saja, Langkanya Foto Angkatan Jadi Istimewa

  Foto angkatan S2 Komunikasi Unhas S2 Ilmu Komunikasi Unhas Angkatan 2024 (1), Semester Akhir Abadikan Momen Langka Bersama Makassar – Ada yang menyetrika kemeja sejak malam sebelumnya, ada yang baru pinjam kemeja putih saat di kampus. Di antara berbagai kesibukan akademik dan pekerjaan, mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin akhirnya berkumpul lengkap dalam satu momen langka: foto angkatan . Diambil pada penghujung semester kedua, sesi foto ini menjadi salah satu dari sedikit waktu di mana seluruh mahasiswa angkatan 2023/2024 bisa berkumpul secara langsung. Mengingat masa studi yang hanya berlangsung dua semester dengan jadwal yang padat dan pertemuan yang jarang, sesi ini menjadi momen yang tidak sekadar simbolis, tapi juga emosional. Dibalik Seragam yang Tak Seragam Panitia telah menentukan warna pakaian: atasan beige dan bawahan putih. Namun rupanya, menentukan seragam tidak semudah menyebutkan warna. “Beige itu definisinya bisa beda-beda. Ada yang terlalu ge...

Ujian Dihantam, Hujan Menghunjam: Misteri Proposal Bahas Makam Raja Majene

  Firman swafoto sebelum ujian, jadi misteri Makassar –  Tiba-Tiba Langit Gelap dan Pendahuluan Hilang Sebagian: Misteri Foto Sebelum Ujian Dimulai Ada banyak hal yang bisa bikin mahasiswa grogi sebelum ujian proposal: teori yang belum mantap, metode yang masih ragu, atau daftar pustaka yang entah di mana. Tapi bagi Firmasnyah , yang bikin dag-dig-dug bukan cuma itu, melainkan pendahuluan proposalnya yang cuma dua lembar. Firmasnyah, mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, baru saja menjalani ujian proposal dengan topik kajian komunikasi tentang makam raja di Majene. Topik yang unik, menarik, dan katanya bakal ‘sejarah bagus’. Tapi ternyata, sejarah bukan satu-satunya yang disorot penguji. Pendahuluan yang super ringkas justru jadi sasaran utama. “Dua lembar? Ini pendahuluan atau sekilas info?” celetuk salah satu penguji dengan nada setengah bercanda. Ruangan yang awalnya formal mendadak hangat karena semua ikut tersenyum, termasuk Firmasnyah yang menahan rasa...