Langsung ke konten utama

Sulitnya Cari Outfit dan Pose Itu-Itu Saja, Langkanya Foto Angkatan Jadi Istimewa

 


Foto angkatan S2 Komunikasi Unhas


S2 Ilmu Komunikasi Unhas Angkatan 2024 (1), Semester Akhir Abadikan Momen Langka Bersama

Makassar – Ada yang menyetrika kemeja sejak malam sebelumnya, ada yang baru pinjam kemeja putih saat di kampus. Di antara berbagai kesibukan akademik dan pekerjaan, mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin akhirnya berkumpul lengkap dalam satu momen langka: foto angkatan.

Diambil pada penghujung semester kedua, sesi foto ini menjadi salah satu dari sedikit waktu di mana seluruh mahasiswa angkatan 2023/2024 bisa berkumpul secara langsung. Mengingat masa studi yang hanya berlangsung dua semester dengan jadwal yang padat dan pertemuan yang jarang, sesi ini menjadi momen yang tidak sekadar simbolis, tapi juga emosional.

Dibalik Seragam yang Tak Seragam

Panitia telah menentukan warna pakaian: atasan beige dan bawahan putih. Namun rupanya, menentukan seragam tidak semudah menyebutkan warna.
“Beige itu definisinya bisa beda-beda. Ada yang terlalu gelap, ada yang terlalu krem,” ujar salah satu mahasiswa sambil terkekeh, mengenang perjuangan mencari outfit yang sesuai.

Beberapa mahasiswa memilih membeli pakaian baru, ada juga yang meminjam atau mengenakan yang paling mendekati. Bagi mereka, keseragaman bukan soal absolut. Yang penting adalah kehadiran.

Pose Lama, Cerita Baru

Saat sesi foto berlangsung, pose-pose klasik seperti tangan menyilang atau berdiri lurus kembali digunakan. Beberapa mencoba gaya lebih santai, namun tetap menjaga kesan formal.
“Pose-nya memang itu-itu saja, tapi rasanya beda. Karena yang difoto bukan hanya kami, tapi juga perjalanan selama dua semester yang cukup melelahkan,” kata Yuslan, mahasiswa sekaligus praktisi media.

Meski sederhana, suasana penuh canda dan obrolan ringan selama sesi foto menciptakan nuansa akrab yang jarang tercipta selama masa perkuliahan. Bahkan, beberapa mahasiswa mengaku baru pertama kali mengenal langsung wajah teman sekelas yang selama ini hanya terlihat melalui layar Zoom.

Dokumentasi Singkat, Kenangan Panjang

Dalam konteks kuliah pascasarjana yang serba cepat dan individual, foto angkatan bukan sekadar dokumentasi. Ia menjadi penanda bahwa di tengah tumpukan jurnal, presentasi, dan tekanan skripsi, ada momen jeda yang bisa dikenang.

“Ini mungkin satu-satunya kali kita difoto bareng lengkap. Setelah ini, semua kembali sibuk dengan tugas akhir dan dunia masing-masing,” ujar Sari, mahasiswa lainnya.

Cuaca Mendung, Tapi Wajah Cerah

Hujan sempat mengancam jalannya sesi pemotretan yang dilakukan di area terbuka kampus. Namun beruntung, langit Makassar hanya menggelayut mendung tanpa turun air. Cukup untuk membuat suasana teduh, dan cukup juga untuk merayakan kebersamaan yang singkat namun bermakna.

Sulitnya cari outfit dan terbatasnya pilihan pose tak jadi soal. Karena yang membuat foto angkatan istimewa bukan pakaian atau latar, melainkan momen kebersamaan yang jarang, namun sangat berarti.


Rekomendasi pose

Dalam banyak momen pemotretan, baik formal maupun santai, permintaan yang paling sering terdengar dari fotografer adalah: “Gaya bebas!”

Bagi sebagian orang, kalimat ini terdengar seperti sebuah kebebasan berekspresi. Namun, bagi sebagian lainnya, terutama yang tidak terbiasa berpose, ini bisa menjadi sumber kepanikan kecil.

Alih-alih merasa bebas, kepala justru mendadak kosong. Tidak tahu harus menempatkan tangan di mana, kaki terasa kaku, dan senyum yang biasanya mudah muncul malah terasa dipaksakan. Anehnya, saat diminta mengikuti arahan pose tertentu, sebagian besar dari kita justru bisa meniru dengan lebih tenang.

Jika kamu sedang menghadapi situasi ini, jangan khawatir. Berikut ini adalah lima pose referensi gaya bebas yang bisa kamu andalkan, tanpa perlu mengandalkan pose jempol, agar tetap tampil natural, percaya diri, dan tidak terkesan kaku.

1. Tangan di Saku, Pandangan Miring ke Samping

Masukkan satu atau kedua tangan ke dalam saku celana, dan arahkan pandangan sedikit ke samping dari kamera. Gaya ini sederhana namun memancarkan kesan tenang dan percaya diri, cocok untuk berbagai suasana.

Cocok untuk: Pemotretan semi-formal, acara kampus, atau sesi foto OOTD.

2. Senyum Tipis dengan Kepala Sedikit Miring

Gaya ini memberikan kesan ramah namun tidak berlebihan. Miringkan kepala sedikit ke salah satu sisi dan tampilkan senyum ringan, seolah sedang merespons lelucon ringan dari teman.

Cocok untuk: Foto bersama rekan, sesi santai, atau potret profil.

3. Bersandar pada Teman atau Dinding

Jika berfoto bersama, cobalah menyenderkan sedikit badan pada teman di sebelah. Jika sendirian, manfaatkan dinding atau benda sekitar untuk bersandar. Pose ini memberikan kesan santai dan akrab.

Cocok untuk: Pemotretan outdoor, sesi kasual, atau dokumentasi kegiatan komunitas.

4. Berinteraksi dengan Aksesori (Jaket, Kacamata, Topi)

Jika menggunakan aksesori, manfaatkan sebagai bagian dari gestur alami. Misalnya, membenarkan kerah jaket, menyentuh bingkai kacamata, atau menyesuaikan posisi topi. Gaya ini memperlihatkan gestur aktif dan menciptakan nuansa dinamis.

Cocok untuk: Street style, potret pribadi, atau konten media sosial.

5. Ilusi Sedang Melangkah

Buatlah seolah-olah kamu sedang berjalan, dengan satu kaki sedikit di depan dan tangan bergerak bebas. Pose ini terlihat natural dan dinamis, cocok untuk menciptakan kesan candid yang elegan.

Cocok untuk: Foto editorial, konten Instagram, atau dokumentasi kegiatan.

Meskipun terdengar sederhana, permintaan untuk “gaya bebas” sering kali justru menjadi tantangan tersendiri. Tanpa arahan yang jelas, seseorang bisa merasa canggung dan kehilangan referensi. Namun, dengan beberapa pose aman dan tetap berkarakter seperti yang disebutkan di atas, kamu bisa tampil percaya diri tanpa perlu mengandalkan gaya jempol yang sudah terlalu umum.

Karena pada akhirnya, gaya terbaik adalah yang paling mewakili dirimu sendiri — tidak berlebihan, namun tetap nyaman dan berkesan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jam Terbang Tinggi, Jam Tidur Minim: Tantangan Pekerja Bandara yang Lanjut Studi

Resta di Tower ATC Raga di Kampus, Jiwa di Tower —  Kisah Resta Arga Santosa Makassar - Bagi sebagian orang, kuliah pascasarjana adalah fase naik kelas dalam karier. Tapi bagi Resta Arga Santosa , kuliah S2 justru terasa seperti menerbangkan dua pesawat sekaligus. satu bernama pekerjaan, satu lagi bernama pendidikan. Keduanya butuh konsentrasi penuh, namun waktu hanya 24 jam. Resta bukan mahasiswa biasa. Ia adalah petugas Air Traffic Controller (ATC) di bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, salah satu profesi paling menegangkan di dunia penerbangan. Setiap hari, ia bertugas di menara pengawas (tower), memastikan puluhan pesawat bisa lepas landas dan mendarat dengan selamat. Jadwalnya tidak pasti, shift bergantian, dan kesalahan sekecil apa pun bisa berdampak besar. Namun, di tengah pekerjaan yang penuh tekanan itu, Resta mengambil keputusan besar: melanjutkan studi S2 Ilmu Komunikasi di Universitas Hasanuddin . Bukan untuk gaya-gayaan. Ia ingin memperluas wawasan, memperdalam ca...

Ujian Dihantam, Hujan Menghunjam: Misteri Proposal Bahas Makam Raja Majene

  Firman swafoto sebelum ujian, jadi misteri Makassar –  Tiba-Tiba Langit Gelap dan Pendahuluan Hilang Sebagian: Misteri Foto Sebelum Ujian Dimulai Ada banyak hal yang bisa bikin mahasiswa grogi sebelum ujian proposal: teori yang belum mantap, metode yang masih ragu, atau daftar pustaka yang entah di mana. Tapi bagi Firmasnyah , yang bikin dag-dig-dug bukan cuma itu, melainkan pendahuluan proposalnya yang cuma dua lembar. Firmasnyah, mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, baru saja menjalani ujian proposal dengan topik kajian komunikasi tentang makam raja di Majene. Topik yang unik, menarik, dan katanya bakal ‘sejarah bagus’. Tapi ternyata, sejarah bukan satu-satunya yang disorot penguji. Pendahuluan yang super ringkas justru jadi sasaran utama. “Dua lembar? Ini pendahuluan atau sekilas info?” celetuk salah satu penguji dengan nada setengah bercanda. Ruangan yang awalnya formal mendadak hangat karena semua ikut tersenyum, termasuk Firmasnyah yang menahan rasa...